Senin, 23 Juni 2014

MUSEUM SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN

MUSEUM SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN
Salah satu objek wisata menarik di kabupaten Sragen adalah Museum Sangiran. Kehadiran Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan manusia masa lampau karena situs ini merupakan situs paling lengkap di Jawa. Luasnya 1000 m² yang berada di Desa Krikilan, kecamatan kalijambe, kabupaten Sragen.
Sangiran merupakan situs terpenting untuk perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoantropologi, geologi, dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan situs sangiran sangat bermanfaat untuk mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi dengan fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia purba, hasil flora dan fauna manusia purba beserta gambaran stratigrafinya.
Beberapa hasil manusia purba disimpan di Museum Geologi, Bandung, dan Laboraturium Paleoantropologi , Yogyakarta. Dilihat dari hasill temuannya, Situs Sangiran merupakan situs prasejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia.
Denah lokasi sangiran
Diresmikan oleh MenDikBud
Berdasarkan hal tersebut, situs sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko.
Sejarah Museum Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Von Koeningswald sekitar tahun 1930-an. Di dalam kegiatannya Von Koeningswald dibantu oleh Toto Marsono, kepala Desa Krikilan pada masa itu. Setiap hari Toto Marsono atas perintah Von Koeningswald mengerahkan penduduk sangiran untuk mencari “balung buto”. Balung buto tersebut adalah fosil yaitu sisa-sisa jasad hidup purba yang terawetkan di dalam bumi.
Fosil-fosil tersebut kemudian dikumpulkan di pendopo Kelurahan Krikilan untuk bahan penelitian Von Koeningswald, maupun para ahli lainnya. Fosil-fosil yang dianggap penting dibawa oleh masing-masing peneliti ke laboraturium mereka, sedang sisanya dibiarkan menumpuk di Pendopo Kelurahan Krikilan.
Setelah Von Koeningswald tidak aktif lagi melaksanakan penelitian di Sangiran, kegiatan mengumpulkan fosil masih diteruskan oleh Toto Marsono sehingga jumlah fosil di Pendopo Kelurahan Krikilan semakin melimpah. Dari Pendopo Kelurahan Krilikan inilah lahir cikal bakal Museum Sangiran.
Untuk menampung koleksi fosil yang semakin hari semakin bertambah maka pada tahun 1974 Gubernur jawa Tengah melalui Bupati Sragen membangun museum kecil di Desa Krikilan, Keacamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen.
Museum tersebut diberi nama ”Museum Pestosen” . Seluruh koleksi di Pendopo Kelurahan Krikilan kemudian dipindahkan ke museum tersebut.
Di Museum Sangiran terus di lakukan pembenahan dan penambahan bangunan maupun fasilitas pendukung untuk mempertegas keberadaannya sebagai warisan dunia yang memilikiperan penting bagi perkembanganilmu pengetahuan maupun untuk menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan yang berkunjung ditempat ini.

Koleksi Museum Sangiran
1.      Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus (replika), Pithecanthropus mojokertensis(Pithecanthropus robustus)(replika), Homo soloensis (replika), Homo neanderthal Eropa (replika), Homo neanderthal Asia (replika), dan Homo sapiens.
2.      Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah), Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhiniceros sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba).
3.      Fosil binatang laut dan air tawar, antara lain Croco dillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Moluska (kelas pelecypoda dsn Gastropoda), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera.
4.      Batuan, antara lain rijang, kalsedon, batu meteor, dan diatom.

5.      Artefak batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetak.