MUSEUM
SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN
Salah satu objek wisata menarik di kabupaten Sragen
adalah Museum Sangiran. Kehadiran Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan
manusia masa lampau karena situs ini merupakan situs paling lengkap di Jawa.
Luasnya 1000 m² yang berada di Desa Krikilan, kecamatan kalijambe, kabupaten
Sragen.
Sangiran merupakan situs terpenting untuk
perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di
bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoantropologi, geologi, dan tentu
saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan situs sangiran sangat bermanfaat
untuk mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi
dengan fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia purba, hasil flora dan
fauna manusia purba beserta gambaran stratigrafinya.
Beberapa hasil manusia purba disimpan di Museum
Geologi, Bandung, dan Laboraturium Paleoantropologi , Yogyakarta. Dilihat dari
hasill temuannya, Situs Sangiran merupakan situs prasejarah yang memiliki peran
yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs
purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia.
Denah lokasi sangiran |
Diresmikan oleh MenDikBud |
Berdasarkan hal tersebut, situs sangiran ditetapkan
sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh komite World Heritage pada saat peringatan
ke-20 tahun di Merida, Meksiko.
Sejarah Museum Sangiran bermula dari kegiatan
penelitian yang dilakukan oleh Von Koeningswald sekitar tahun 1930-an. Di dalam
kegiatannya Von Koeningswald dibantu oleh Toto Marsono, kepala Desa Krikilan
pada masa itu. Setiap hari Toto Marsono atas perintah Von Koeningswald
mengerahkan penduduk sangiran untuk mencari “balung buto”. Balung buto tersebut
adalah fosil yaitu sisa-sisa jasad hidup purba yang terawetkan di dalam bumi.
Fosil-fosil tersebut kemudian dikumpulkan di pendopo
Kelurahan Krikilan untuk bahan penelitian Von Koeningswald, maupun para ahli
lainnya. Fosil-fosil yang dianggap penting dibawa oleh masing-masing peneliti
ke laboraturium mereka, sedang sisanya dibiarkan menumpuk di Pendopo Kelurahan
Krikilan.
Setelah Von Koeningswald tidak aktif lagi melaksanakan
penelitian di Sangiran, kegiatan mengumpulkan fosil masih diteruskan oleh Toto
Marsono sehingga jumlah fosil di Pendopo Kelurahan Krikilan semakin melimpah.
Dari Pendopo Kelurahan Krilikan inilah lahir cikal bakal Museum Sangiran.
Untuk menampung koleksi fosil yang semakin hari
semakin bertambah maka pada tahun 1974 Gubernur jawa Tengah melalui Bupati
Sragen membangun museum kecil di Desa Krikilan, Keacamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen.
Museum tersebut diberi nama ”Museum Pestosen” .
Seluruh koleksi di Pendopo Kelurahan Krikilan kemudian dipindahkan ke museum
tersebut.
Di Museum Sangiran terus di lakukan pembenahan dan
penambahan bangunan maupun fasilitas pendukung untuk mempertegas keberadaannya
sebagai warisan dunia yang memilikiperan penting bagi perkembanganilmu
pengetahuan maupun untuk menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan yang
berkunjung ditempat ini.
Koleksi
Museum Sangiran
1. Fosil
manusia, antara lain Australopithecus
africanus (replika), Pithecanthropus
mojokertensis(Pithecanthropus robustus)(replika), Homo soloensis (replika), Homo
neanderthal Eropa (replika), Homo
neanderthal Asia (replika), dan Homo
sapiens.
2. Fosil
binatang bertulang belakang, antara lain Elephas
namadicus (gajah), Stegodon
trigonocephalus (gajah), Mastodon sp
(gajah), Bubalus palaeokarabau
(kerbau), Felis palaeojavanica
(harimau), Sus sp (babi), Rhiniceros sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba).
3. Fosil
binatang laut dan air tawar, antara lain Croco
dillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Moluska (kelas pelecypoda dsn
Gastropoda), Chelonia sp (kura-kura),
dan foraminifera.
4. Batuan,
antara lain rijang, kalsedon, batu meteor, dan diatom.
5. Artefak
batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu
dan kapak perimbas-penetak.